CHRYSOCOLLA
Variasi Warna: Hijau, Biru, Hijau Kebiruan, Biru
Kehitaman ataupun Coklat
Kadar Transparansi: Translucent – Opaque (Opak)
Luster: Vitreous, Porcelaneous, Waxy, Dull, Earthy
Index Bias: 1.460 – 1.570
Kadar Kekerasan: 2.5 – 3.5 Skala Mohs.
Berat Jenis: 1.93 – 2.40 gr/cm3
Formula Kimia: (Cu,Al)2H2Si2O5(OH)4+nH2O
(Hydrated Coopper Sillicate)
Sistem Kristal: Orthorhombic
Tahun Ditemukan: 315 Sebelum Masehi
Wilayah Penghasil: Australia, Chili, Indonesia, USA,
Israel, Kongo, dll
Chrysocolla berasal
dari Bahasa Yunani, terdiri dari dua suku kata, yaitu; Chryso (Emas) dan Colla
(Lem). Dinamakan Chrysocolla karena dulunya mineral ini banyak digunakan oleh
tukang emas untuk bahan solder/patri. Di Romawi perekat yang terbuat dari
chrysocolla disebut santerna, yang digunakan untuk
mengelas/menyambung/menempelkan keping-keping emas. Istilah penyebutan
Chrysocolla pertama digunakan oleh seorang filsuf sekaligus ahli botani Yunani
yang bernama Theophratus pada tahun 315 SM.
Di zaman Mesir kuno,
Chrysocolla disebut sebagai ‘wise stone’ atau ‘batu bijak’ dan disebutkan
sering dipakai Cleopatra sebagai perhiasan. Meskipun Chrysocolla memiliki
tingkat kekerasan yang rendah, namun Chrysocolla adalah salah satu jenis
mineral yang terkenal dalam dunia batu permata.
Chrysocolla sering
ditemukan bercampur dengan Quartz atau ‘menyatu’ dengan Chalcedony. Maka dari
itu sering kita dengar istilah Chrysocolla Chalcedony, Chrysocolla Agatized
ataupun Quartz Chrysocolla. Chrysocolla yang murni sangat lembut dan rapuh
dengan kadar kekerasan sekitar 2.5 – 3.5 skala Mohs dan tidak cocok untuk
permata faceted atau cabochons. Namun Chrysocolla yang menyatu dengan
chalcedony memiliki kekerasan yang tinggi yaitu sekitar 7 skala Mohs dan sering
disebut “Gem Silica” atau “Chrysocolla Chalcedony” dalam dunia perdagangan batu
internasional. Chrysocolla Chalcedony tahan lama dan dapat digosok atau di
facet untuk digunakan sebagai batu permata. Chrysocolla terkadang juga
ditemukan “menyatu” dengan Azurite dan Malachite.
Chrysocolla dapat ditemukan
di berbagai tempat di dunia, mulai dari Kongo, Israel, USA, Chili dan di Negara
kita, Indonesia juga ditemukan Chrysocolla dengan kualitas yang baik. Penghasil
Chrysocolla yang umumnya adalah Chrysocolla Chalcedony di Indonesia yaitu Pulau
Kasiruta, Pulau Bacan dan Halmahera Selatan. Namun yang sangat terkenal adalah
Chrysocolla Chalcedony dari Pulau Bacan sehingga dikenal dengan nama Batu
Bacan.
Di pulau Kasiruta,
Chrysocolla ditambang di Kecamatan Bacan Barat tepatnya di Desa Doko dan Desa
Palamea. Jarak desa satu dengan yang lainnya hanya 3 hingga 5 km. Chrysocolla
Chalcedony yang dihasilkan Desa Palamea sering disebut dengan Bacan Palamea
yang biasanya berwarna Hijau Segar, muda dan cerah dengan kualitas Kristal
cukup baik. Dan Chrysocolla Chalcedony dari desa Doko sering disebut Bacan
Doko, yang biasanya hijau tua, hitam, hijau cincau, biru, biru kehijauan dan
coklat. Bacan Doko biasanya mempunyai kadar transparansi yang rendah atau
jarang ditemukan Kristal seperti Bacan Palamea. Namun Bacan Doko yang Kristal
juga terkadang ditemui meskipun terbilang sangat langka.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar