Selasa, 16 Desember 2014

BACAN; BATU ‘MACAN’



BATU ‘MACAN’ – Mahal & Cantik

Batu Mulia Bacan yang merupakan varian dari Chrysocolla. Dan kata ‘Chrysocolla’ berasal dari Bahasa Yunani, terdiri dari dua suku kata, yaitu; Chryso (Emas) dan Colla (Lem). Pada zaman Romawi dulu, para tukang emas menggunakan perekat yang terbuat dari mineral chrysocolla disebut santerna, untuk mengelas/menyambung/menempelkan keping-keping emas. Theophratus lah (315 SM), seorang filsuf sekaligus ahli botani Yunani yang pertama kali memperkenalkan istilah Chrysocolla, dan digunakan hingga sekarang.

Batu Mulia yang merupakan varian dari Chrysocolla adalah batu mulia yang berasal dari salah satu pulau di wilayah Halmahera Selatan, Maluku Utara yaitu Pulau Kasiruta. Sejatinya batu ini telah tersohor hingga mancanegara bukan hanya pada saat sekarang-sekarang ini, melainkan sudah sejak abad pertengahan, disaat kepulauan Nusantara masih terpecah dalam kerajaan-kerajaan kecil, menjadi pusat rempah-rempah dunia. Batu ini telah melambungkan nama wilayah asalnya ke mancanegara. Penduduk di kawasan empat kerajaan Maluku (Ternate, Tidore, Jailolo, dan Bacan) sudah sejak lama memanfaatkan keindahan batu yang berasal dari daerah mereka itu sebagai bahan perhiasan.

Chrysocolla yang murni sangat lembut dan rapuh dengan kadar kekerasan sekitar 2.5 – 3.5 skala Mohs dan tidak cocok untuk permata faceted atau cabochons. Namun Chrysocolla yang menyatu dengan chalcedony memiliki kekerasan yang tinggi yaitu sekitar 7 skala Mohs dan dalam dunia perdagangan batu internasional sering disebut “Gem Silica” atau “Chrysocolla Chalcedony”. Dan batu Bacan berkualitas yang telah mengalami proses silisifikasi bisa mencapai tingkat kekerasan 7 pada skala Mohs seperti Batu Zamrud dan melebihi tingkat kekerasan Batu Giok. Penambangan Batu Bacan tidak mudah, dibutuhkan kedalaman penggalian hingga lebih dari 10 meter, untuk mencari urat-urat galur batu Bacan. Deposit terbesar batu Bacan ada di desa Doko dan Dea Palamea di pulau Kasiruta, selain di desa Imbu Imbu dan Desa Besori.

Nama Bacan sendiri dinisbatkan pada nama sebuah pulau dan sebuah kerajaan di Maluku Utara. Nama pulau penghasil batu bacan sendiri adalah Pulau Kasiruta. Akan tetapi, penisbahan nama Bacan diawali dari tempat pertama kali batu itu diperdagangkan, yaitu Pulau Bacan yang tidak seberapa jauh jaraknya dari Pulau Kasiruta.

Keunikan batu ini adalah kemampuannya memperbaiki diri. Sehingga Batu Bacan dianggap ‘batu hidup’ karena kemampuannya berproses menjadi lebih indah secara alami. Contohnya adalah Batu Bacan yang semula berwarna hitam secara bertahap berubah menjadi hijau. Berprosesnya Bacan tidak sampai disitu. Berikutnya berlanjut dengan proses ‘pembersihan’ sehingga menjadi hijau bening (Kristal) seperti air. Pemilik Batu Bacan biasanya akan terus mengenakan dan melakukan treatment-treatment kecil untuk mempercepat proses perubahan warnanya tersebut.

Seperti dilansir indonesia.travel, keunikan batu bacan tidak hanya pada kemampuannya ‘hidup’ - berubah secara alami. Namun, beberapa jenis batu bacan memiliki kemampuan menyerap senyawa lain dari bahan yang melekatinya. Contoh; sebutir Batu Bacan (Doko) Hijau yang dilekatkan dengan tali pengikat berbahan emas mampu menyerap bahan emas tersebut sehingga bagian dalam batunya muncul bintik-bintik emas.

Kalung bermata batu bacan (teks/foto: indonesia.travel)

Kemampuan berubah warna secara alami dan mencerap bahan melekatinya itulah yang membuat pecinta batu mulia di luar negeri dari China, Arab, dan Eropa tercengang dan kagum terhadapnya. Dengan berbagai keistimewaan dan keunggulan itulah banyak pecinta batu mulia dari luar negeri memburunya sejak tahun 1994. Sementara di Indonesia sendiri batu ini baru popular sejak 2005, dimana sekarang harganya kini sudah sangat mahal dan tidak logis bagi orang awam.

Batu Bacan diketahui telah menjadi perhiasan hampir setiap warga di Maluku Utara sejak masa empat Kesultanan (Ternate, Tidore, Jailolo, dan Bacan), baik itu oleh pria maupun wanita. Bahkan, batu bacan terbaik menjadi penghias mahkota para Sultan yang masih ada hingga saat ini seperti pada mahkota Kesultanan Ternate. Batu Bacan sering dijadikan hadiah bagi para tamu yang mengunjungi pulau-pulau di Maluku. Saat Presiden Soekarno pada tahun 1960 berkunjung ke Pulau Bacan, beliau dihadiahi oleh warga disana berupa batu bacan. Konon presiden SBY juga menghadiahi cincin batu Bacan kepada Presiden Amerika Serikat Barrack Obama, saat beliau berkunjung ke Indonesia.

Jika mengunjungi Ternate, Tidore, Jailolo, atau Pulau Bacan, pastikan Anda mendapatkan batu Bacan untuk cenderamata. Memang diperlukan kecermatan dalam memilih Bacan. Atau mintalah saran orang yang memahami batu Bacan terkait keasliannya. Hindari  membeli batu Bacan ‘mati’ atau Bacan ‘sakit’ yang dijadikan Liontin atau mata cincin, karena terkadang batu tersebut tidak akan mengalami proses apa-apa lagi.

Batu Bacan yang beredar di pasar, kita kenal memiliki dua jenis, yakni:


1. Batu Bacan Doko;
   Nama Doko diambil dari nama sebuah desa di Kepulauan Kasiruta, tempat batu ini pertama kali ditemukan. Batu Bacan Doko memiliki warna yang khas yaitu Dark Green (Hijau Tua).

2. Batu Bacan Palamea; 
    Palamea juga diambilkan dari nama desa di pulau yang sama. Bacan Palamea memiliki kekhasan tersendiri, berwarna hijau muda kebiruan.


Warna identik batu Bacan adalah Hijau, namun sebenarnya batu Bacan memiliki ragam warna lain seperti kuning tua, kuning muda, merah, putih bening, putih susu, coklat kemerahan, keunguan, coklat, bahkan juga beragam warna lainnya hingga 9 macam.

Sebagaian orang percaya batu bacan juga memiliki khasiat lain. Menurut mitos yang berkembang, pemakai batu Bacan akan kelihatan lebih menarik dan berwibawa sehingga banyak disukai orang dan hidupnya lebih makmur.


Semoga bermanfaat....






Source: Dari berbagai sumber

Tidak ada komentar:

Posting Komentar